Erdogan Serukan Dunia Lawan Penindasan Israel


Istimewa.in |
Presiden Turki pada Sabtu malam (8/5) mengecam kekerasan Israel baru-baru ini terhadap rakyat Palestina. Dia juga mengatakan "Israel negara teror yang kejam" secara brutal dan tak bermoral menyerang para Muslim di Yerusalem.

Dalam acara buka puasa di Kediaman Vahdettin di Istanbul bersama ibu-ibu yang melakukan aksi duduk di provinsi Diyarbakir, Presiden Recep Tayyip Erdogan meminta Israel untuk segera mengakhiri serangan keji terhadap Masjid al-Aqsa dan para Muslim di Yerusalem.

Sambil mengekspresikan solidaritas dengan masyarakat Muslim di Yerusalem, Palestina, Erdogan mendesak semua pihak "yang mendefinisikan diri mereka sebagai manusia" untuk menentang "penindas Israel yang mencemari nama baik Yerusalem, yang suci bagi ketiga agama, di mana Israel melakukan serangan yang tak bermoral, melanggar hukum, dan kurang ajar."

Dia juga mendesak seluruh dunia, terutama negara-negara Islam, untuk mengambil tindakan terhadap serangan Israel di Masjid al-Aqsa, Yerusalem, dan rumah-rumah Palestina. Pasukan Israel menembakkan granat kejut, gas air mata, dan peluru berlapis karet untuk membubarkan jamaah Muslim dari masjid itu pada Jumat malam.

Ketegangan meningkat di distrik Sheikh Jarrah baru-baru ini karena pemukim Israel mengerumuni daerah itu setelah pengadilan Israel memerintahkan penggusuran keluarga Palestina.

Sejak 1956, total 37 keluarga Palestina tinggal di 27 rumah di lingkungan itu. Namun, pemukim ilegal Yahudi telah mencoba untuk mendorong mereka keluar berdasarkan undang-undang yang disetujui oleh parlemen Israel pada 1970. Israel menduduki Yerusalem Timur selama perang Arab-Israel 1967.

Zionis Israel mencaplok seluruh kota pada tahun 1980, sebuah tindakan yang tidak pernah diakui oleh komunitas internasional. Tepi Barat, termasuk Yerusalem Timur, dipandang sebagai wilayah pendudukan menurut hukum internasional, sehingga membuat semua permukiman Yahudi di sana dianggap ilegal.

Erdogan juga menegaskan kembali tekad negaranya untuk sepenuhnya melenyapkan kelompok teroris PKK. Dalam acara iftar itu, Presiden Turki didampingi oleh Ibu Negara Emine Erdogan, Menteri Dalam Negeri Suleyman Soylu dan Kepala Direktorat Komunikasi Fahrettin Altun.

Berbicara di acara tersebut, presiden Turki mengatakan negaranya akan melanjutkan perjuangannya sampai teroris terakhir dilumpuhkan dan anak terakhir yang diculik oleh PKK reuni kembali dengan keluarga mereka. Para ibu itu memprotes kelompok teror PKK dan cabangnya di Suriah YPG karena mereka telah menculik anak-anak warga Kurdi.

Aksi protes duduk sudah berlangsung selama 610 hari lebih di luar kantor Partai Rakyat Demokratik (HDP), yang dituding oleh pemerintah memiliki hubungan dengan PKK. Erdogan berjanji untuk memusnahkan kedok Pegunungan Qandil, tempat persembunyian PKK di Irak utara.

Dalam lebih dari 35 tahun kampanye terornya melawan Turki, PKK - yang terdaftar sebagai organisasi teroris oleh Turki, AS, dan UE - bertanggung jawab atas kematian 40.000 orang, termasuk perempuan, anak-anak, dan bayi.