Lagi PDKT Tapi di-Ghosting? Ini Artinya


Istimewa.in |
Kosa kata ghosting saat ini menjadi viral di media sosial. Kata ghosting di dalam sebuah hubungan digunakan untuk menggambarkan praktik penghentian yang menutup semua akses komunikasi dengan individu lain.

Biasanya pasangan atau teman tiba-tiba menghilang dan penghentian komunikasi ini juga muncul tanpa peringatan atau pembenaran yang jelas.

Menurut psikolog pro Help Center dan konselor IAC (Indonesia Association Counseling) Nuzulia Rahma Tristinarum, perilaku ghosting bisa memicu dampak psikologis bagi 'korbannya'. Pasalnya, mereka bisa merasa 'ditolak' hingga kerap timbul rasa cemas dan turunnya rasa percaya diri

"Ghosting dapat berdampak pada psikologis seseorang yang jadi 'korban' karena dapat menimbulkan perasaan merasa 'ditolak' atau tidak diinginkan," kata Rahma, dikutip Istimewa.in dari CNBC Indonesia.

Di dalam beberapa penelitian, perasaan tidak diinginkan atau 'ditolak' oleh seseorang atau lingkungan dapat menimbulkan rasa kesepian, kesedihan, kecemasan, gangguan mood, menurunnya self-esteem, frustrasi dan depresi," lanjutnya.

Menurut Rahma, setidaknya ada tiga hal yang memicu seseorang terbiasa melakukan ghosting, yakni sulit berkomunikasi, tidak memiliki komitmen dalam sebuah hubungan, dan memiliki masalah psikologis.

Rahma mengatakan salah satu pemicu orang melakukan ghosting adalah sulit mengkomunikasikan keinginan mengakhiri hubungan. Bisa jadi karena tidak tega atau tidak siap dengan respons dari pasangan mereka.

"Ingin mengakhiri suatu relasi namun sulit untuk menyampaikannya. Bisa karena rasa nggak tega atau karena memang seseorang tersebut tidak memiliki kemampuan mengkomunikasikan perasaannya," jelas Rahma.

Kemampuan komunikasi perasaan berbeda dengan kemampuan komunikasi sehari hari atau komunikasi dalam pekerjaan. Selain itu, Rahma menyebut seseorang yang melakukan perilaku ghosting bisa saja ini karena dirinya tidak memiliki komitmen dalam hubungan tersebut. Biasanya mereka merasa hubungan yang tengah dijalani tidak serius.

"Terbiasa tidak memiliki komitmen pada suatu hal. Kurang memiliki sikap tanggung jawab. Menjadikan suatu hubungan sebagai permainan saja. Memiliki masalah psikologis misalnya depresi," tambahnya.(*)